Perkembangan Kesejahteraan Penduduk
di Provinsi Papua
(“Populasi” Buletin Penelitian Kebijakan Kependudukan )
(“Populasi” Buletin Penelitian Kebijakan Kependudukan )
Peningkatan
kesejahteraan rakyat merupakan bagian terpenting dari proses pembangunan maupun
tujuan nasional bagi bangsa Indonesia. Kesejahteraan merupakan salah satu
variabel yang dianggap sebagai penghubung antara kondisi ekonomi dengan
morbiditas (Agung dkk, 1993). Kesejahteraan terdiri dari beberapa komponen,
yaitu variabel pendidikan, kesakitan, dan kualitas tempat tinggal.
Peningkatan
kesejahteraan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya alam,
sumber daya manusia, budaya dan manajemen wilayah. Sumber daya alam merupakan
faktor produksi yang memungkinkan suatu daerah memiliki kemampuan ekonomi untuk
mendukung kegiatan lainnya, sedangkan sumber daya manusia merupakan faktor yang
menentukkan bagaimana kesejahteraan tersebut ditingkatkan.
Faktor
lainnya adalah budaya. Keanekaragaman budaya bukan saja sebagai kekayaan
wilayah yang berpotensi di sektor
pariwisata, tetapi juga menjadi faktor penghambat maupun pendorong dalam proses
pembangunan. Sementara itu, manajemen wilayah lebih mengacu pada sistem pengaturan dan peraturan yang dikembangkan
dalam wilayah tersebut, baik yang dikembangkan oleh birokrasi pemerintah, pihak
swasta maupun masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya, kesejahteraan terdiri dari
multidimensi, yaitu : dimensi fisik, manusia dan tata sosial budaya.
1)
Dimensi
Fisik
Dimensi
fisik dapat ditunjukkan dengan kondisi fisik geografis maupun ketersediaan sarana
dan prasana. Pengukuran dimensi fisik daerah menggunakan status desa, yaitu
desa tertinggal. Hal ini didasarkan dengan asumsi bahwa desa miskin dapat
menggambarkan kesulitan akses yang dialami oleh sebuah desa untuk mencapai
berbagai sarana dan prasarana yang ada. Penentuan desa tertinggal menggunakan
25 variabel untuk daerah pedesaan dan 27 variabel untuk daerah perkotaan. Dari
variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
potensi desa, perumahan dan lingkungan, serta keadaan penduduk.
Desa
tertinggal yang ada di Papua, yaitu Kabupaten Kota Jayapura memiliki desa
tertinggal terendah dan kabupaten Jayawijaya memiliki desa tertinggal
tertinggi.
2)
Dimensi
Sumber Daya Manusia
Dimensi
manusia dapat didekati dengan kondisi pendidikan, kesehatan maupun pendapatan
yang dimilikinya. Tingkat pendidikan yang baik dapat meningkatkan pendapatan
maupun kesiapan dalam mengatasi keluhan kesehatan. Indeks Pembangunan Manusia
yang diperkenalkan oleh UNDP pada awal tahun1999-an yang menggunakan usia
harapan hidup, pendidikan dan pendapatan banyak digunakan untuk mengukur
kualitas manusia.
Berdasarkan
indeks pembangunan manusia, kota Jayapura menepati peringkat pertama. Sebaliknya
kabupaten Jayawijaya menepati urutan terakhir, baik di tingkat provinsi maupun
nasional.
3)
Dimensi
Budaya
Dimensi
budaya lebih menekankan pada perilaku komunitas yang dapat mempengaruhi dalam
pencapaian kesejahteraan. Provinsi Papua memiliki potensi budaya yang beragam.
Provinsi yang memiliki luas wilayah sekitar seperlima dari luas Indonesia
dihuni oleh sekitar 329 suku (Disnaker,2000). Keunikan lainnya adalah
masing-masing kelompok suku, baik kelompok besar maupun kecil, memiliki ada
istiadat sendiri (Indonesia,1994)
Perkembangan Kesejahteraan
Keberhasilan
pembangunan ekonomi tanpa adanya peningkatan kesejahteraan rakyat, akan mengakibatkan kesenjangan dalam
kehidupan bermasyarakat. Keadaan kesejahteraan merupakan indeks komposit dari
indikator kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
1)
Indikator
Kesehatan
Tingkat
kesehatan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator
kesehatan yang biasanya dinilai melalui angka kesakitan, kematian, kecacatan
dan harapan hidup (Da Costa,1992). Status kesehatan merupakan salah satu faktor
penting dalam mempengaruhi produktivitas penduduk. Status kesehatan tersebut
secara keseluruhan dapat dilihat dengan indikator angka kesakitan yang
dinyatakan dalam keluhan kesehatan dan rata-rata lama sakit.
Angka
kesakitan akan dinyatakan dalam rumusan sebagai perbandingan antara jumlah
penduduk yang mengalami keluhan sakit selama periode 1 bulan sebelum survei
terhadap jumlah penduduk (Soemantri,1997). Sementara itu, rata-rata lama sakit
merupakan perbandingan antara jumlah orang - hari penduduk yang menderita sakit
dengan jumlah penduduk sakit (BPS,1999).
Indeks
kesehatan merupakan gabungan antara variabel banyaknya orang yang memiliki
keluhan kesehatan dan lamanya keluhan gangguan kesehatan menunjukkan keadaan
kesehatan masyarakat. Berdasarkan indeks kesehatan, Kabupaten Fak-Fak memiliki
tingkat kesehatan yang terbaik, sementara yang terendah tingkat kesehatannya
adalah Kabupaten Paniai.
2)
Indikator
Pendidikan
Keadaan
pendidikan seringkali diukur dengan menggunakan variabel melek huruf dan
rata-rata lama sekolah (BPS, 2001c). Banyaknya melek huruf dan rata-rata
lamanya sekolah digambarkan dengan 1 indikator, yaitu indeks pendidikan. Indeks
pendidikan dapat memberikan gambaran
tentang kesejahteraan masyarakat dari
sisi dimensi manusia.
Berdasarkan
indeks pendidikan yang dihitung dengan menggunakan 2 variabel tersebut, maka
kabupaten Jayapura menempati peringkat kemudian digeser dengan kota Jayapura.
Hal ini dipahami karena Kota Jayapura yang merupakan pusat pendidikan serta
pusat pemerintahan yang memiliki penduduk dengan pendidikan yang tinggi. Selain
itu, indeks pendidikan terendah terdapat di kabupaten Jayawijaya. Hal ini
disebabkan karena daerah tersebut masih terisolasi. Sebagian besar wilayah
kabupaten Jayawijaya hanya dapat ditempuh melalui jalur udara, Hal tersebut
sangat menyulitkan program pemberantasan
buta huruf maupun peningkatan pendidikan.
3)
Indikator
Ekonomi
Keadaan
ekonomi didekati dengan 2 variabel, yaitu tingat pengeluaran per kapita sebagai
proksi pendapatan perkapita dan kualitas rumah atau tempat tinggal. Pola
pengeluaran rumah tangga dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan penduduk (BPS, 2001a). Salah satu determinan penting kesejahteraan
yang penting dalam suatu periode adalah peningkatan pendapatan rumah tangga.
Pendapatan yang meningkat sedah seharusnya meningkatkan daya beli rumah tangga
terhadap kebutuhan barang dan jasa (BPS,1999a)
Tinggi
rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari kualitas bahan
bangunan yang digunakan untuk rumah dan segala utilitasnya. Utilatas tersebut
antara lain adalah, berupa listrik, gas dan air (Anwar,1997). Pada umumnya,
masyarakat yang memiliki tingkat kesejahteraan lebih baik cenderung memiliki
perumahan yang lebih baik baik pula dibandingkan dengan masyarakat yang miskin.
Dengan demikian, kualitas rumah dapat digunakan pula untuk melihat tingkat
perekonomian masyarakat.
Berdasarkan
indeks ekonomi menunjukkan bahwa Kabupaten Jayawijaya merupakan kabupaten yang
menempati peringkat terendah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik wilayah
kabupaten Jayawijaya yang masih terisolasi maupun oleh kondisi budaya yang
masih tertutup. Sementara itu, kabupaten Jayapura menduduki peringkat pertama
disusul oleh kabupaten Biak Numfor. Hal ini dimungkinkan dengan adanya
pembangunan sarana dan prasana yang mendukung pembangunan.
Pemekaran Wilayah
Pemekaran
wilayah merupakan salah satu usaha untuk menggali potensi wilayah dalam
pembangunan, serta membagi Papua menjadi
3 provinsi namun setiap kebijakan akan memiliki dampak positif maupun negatif.
Dampak Positifnya,yaitu semakin fokusnya usaha pembangunan, khususnya dalam
peningkatan kesejahteraan, meningkatkan peningkatan kreatifitas dan inovasi, melokalisasi
budaya masyarakat, dapat menuntut pemenuhan sumber daya manusia yang memadai.
Namun sebaliknya, pemekaran wilayah akan menimbulkan dampak negatif, yaitu
pemusatan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah, seperti
sumber daya minyak di Sorong-Papua Barat, pertambangan non-migas di
Tembagapura-Papua tengah. Sumber daya alam yang dimiliki akan menimbulkan
ketimpangan antarwilayah dan memunculkan pemecahbelahan masyarakat di Papua.
KOMENTAR :
Dari
Review diatas, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan kesejahteraan penduduk
di Papua sangat dipengaruhi oleh letak kota maupun kabupaten, sistem
budaya yang ada di provinsi Papua. Kota
maupun Kabupaten yang berada di wilayah pantai umumnya memiliki sistem budaya
yang lebih terbuka dan lebih muda menerima perubahan yang lebih baik, termasuk
dalam menerima informasi. Hal ini dipahami karena sarana transportasi yang
mudah dijangkau menggunakan kapal dan perahu sehingga wilayah-wilayah yang
terletak di pantai mengalami interaksi dengan masyarakatdan perubahan dari luar
lebih dahulu, dibanding kota maupun kabupaten yang berada di pegunungan.
Selain
itu, kabupaten yang berada di pegunungan
masih terisolasi, karena sebagian besar wilayah pegunungan, seperti
kabupaten Jayawijaya dan Paniai dan kabupaten pemekaran baru lainnya hanya dapat ditempuh melalui jalur udara,
sehingga menyulitkan adanya pembangunan n penyediaan sarana dan prasana
kesehatan dan ekonomi. Pada umumnya, masyarakat yang berada di pegunungan
dikelompokkkan dalam 3 kategori, yaitu masyarakat dataran rendah, lembah dan
lereng pegunungan. Masyarakat pengunungna memiliki adat istiadat yang ketat dan
selalu mencurigai pendatang serta sulit menerima perubahan. Dengan demikian,
keanekaragaman budaya tidaka hanya menjadi potensi, namun menjadi salah satu
penghambat . Selain itu, hambatan yang dialami dalam peningkatan kesejahteraan
penduduk di Papua, bukan hanya faktor lingkungan dan pelayanan medis,
peningkatan status kesehatan, tetapi juga disebabkan oleh faktor sosial budaya
masyarakat yang menjadi penghambat utama.
Oleh
karena, faktor-faktor penghambat peningkatan kesejahteraan penduduk di Papua,
sehingga perlu adanya kebijkan pemekaran wilayah dan membagi Papua menjadi 3
Provinsi, agar dapat lebih memudahkan
fokus pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan, namun berdampak positif
maupun negatif bagi masyarakat Papua.
Sumber : Ulah Tri Wibowo dan Tukiran
No comments:
Post a Comment