Tuesday, October 6, 2015

Pengembangan Ekowisata Berbasis Kearifan Lokal di Lembah Baliem, Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua


1. Latar Belakang
Kabupaten Jayawijaya ini. Kabupaten Jayawijaya terletak tepat di jantung Provinsi Papua, yang mempunyai potensi wisata alam dan budaya yang sangat luar biasa dan mempunyai keunikan tersendiri yang tidak ditemui di daerah lain, potensi wisata ini telah dipublikasikan ke dalam dan luar negeri lewat jaringan internet dan melalui promosi ke berbagai Negara dengan mengadakan pameran – pameran wisata untuk menarik minat wisatawan domestic dan mancanegara berkunjung ke Kabupaten Jayawijaya.
Adapun beberapa objek wisata alam yang sangat menonjol seperti danau Habema yang berada di ketinggian 1650 DPL dengan panorama alam pegunungan yang memanjakan mata, Kawasan Taman Lorentz dengan keanekaraman hayati, flora dan fauna, goa-goa alam yang tersebar dibeberapa tempat dengan stalaktit dan stalaknit yang belum terjamah tangan-tangan jahil, hamparan pasir putih di atas bukit Aikima, sedangkan wisata budaya yang saat ini merupakan ikon pariwisata Jayawijaya yaitu Festival Budaya Lembah Baliem yang digelar setiap tahun pada bulan Agustus yang menjadi agenda tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya, serta wisata yang menarik untuk dikunjungi adalah mumi yang telah berusia ratusan tahun yang terdapat di kampung Aikima dan Kurulu.
Adapun pemeo yang populer di tengah-tengah wisatawan sendiri “ kalau belum ke Wamena, berarti belum ke Papua “ ini artinya bahwa kunjungan anda ke Papua belum lengkap bila belum bekunjung ke Wamena, hal ini menunjukkan objek wisata di Jayawijaya masih memiliki keaslian budayanya dengan segala kearifan local yang masih dipertahankan masyarakat dengan baik hingga saat ini.
2.  Konsep Pengembangan Ekowisata
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Ekowisata memberikan kontribusi positif terhadap usaha pelestarian lingkungan. Pelestarian lingkungan merupakan pengembangan ekowisata dengan tetap memperhatikan prisip-prinsip secara konsisten. Sebagai langkah awal idealnya pengembangan obyek ekowisata sebagai daya tarik wisata harus diinventarisir terdahulu, agar perencanaan pengembangan tidak terjadi kekeliruan. Lembah Baliem memiliki begitu banyak potensi sumber daya ekowisata, namun belum dikelola dengan pendekatan konsep ekowisata. Berdasarkan alasan tersebut, guna mengetahui potensi pengembangan ekowisasa yang berkelanjutan, kendala pengembangan ekowosata, dan strategi pengembangan sumber daya ekowisata yang terdapat di Lembah Baliem.
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan telah memberikan implikasi munculnya berbagai tuntutan  di semua sektor pembangunan. Tuntutan-tuntutan tersebut telah dan akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, cara cara pendekatan baru dalam berbagai kegiatan  baik bisnis pariwisata secara langsung yang dilakukan dunia usaha pariwisata dan usaha-usaha masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, lingkungan mempunyai peran penting dalam usaha mendorong semua lapisan masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai peluang bisnis, sehingga diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk dapat menyelesaikan masalah- masalah dan mampu mendorong keikutsertaan semua unsur secara bersama-sama menanggulangi masalah lingkungan secara bersama-sama.
Dari pengetahuan terhadap motivasi ekowisata, maka prinsip  utama ekowisata menurut Choy (1998:179), adalah meliputi : 
1)   Lingkungan ekowisata haru bertumpu pada lingkungan alam dan  budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu
2)   Masyarakat ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial, dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat
3)   Pendidikan dan pengalaman ekowisata harus dapat  meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya yang terkait, sambil berolah pengalaman yang mengesankan.
4)   Keberlanjutan ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi dan lingkungan tempat kegiatan, tidak merusak, tidak menurunkan mutu, baik jangka pendek dan jangka panjang
5)   Manajemen ekowisata harus dapat dikelola dengan cara yang bersifat menjamin daya hidup jangka panjang bagi lingkungan alam dan budaya yang terkait di daerah tempat kegiatan ekowisata, sambil menerapkan cara mengelola yang terbaik untuk menjamin kelangsungan hidup ekonominya.

Ekowisata memiliki keterkaitan dengan beberapa prinsip pengembangan ekowisata namun di dalamnya terkandung makna untuk turut serta melestarikan ekonomi lingkungan, yaitu wisatawan memiliki keterlibatan langsung dalam pelestarian lingkungan, serta diharapkan memiliki kesadaran akan keberadaan sumber daya dan lingkungan . Kegiatan pariwisata memiliki tanggung jawab ekonomi dalam pelestarian lingkungan hijau yang dikunjungi dan dinikmat wisatawan melalui berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dikembalikan bagi kepentingan konservasi lingkungan dan kunjungan wisatawan untuk pengembangan lingkungan yang berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh para pecinta dan pemelihara lingkungan berikutnya.
Selain itu, kegiatan pariwisata lebih banyak menggunakan sarana transportasi lokal, sarana akomodasi lokal, yang dikelola masyarakat setempat dan membedakan kehidupan masyarakat setempat dalam menumbuhkan pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan yang diakibatkan oleh kegiatan wisatawan di lokasi ekowisata yang dikunjunginya dan berdampak kepada tumbuhnya inovasi, kreativitas masyarakat dalam menggali berbagai sumber kegiatan positif yang menunjang terhadap interaksi lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekowisata di daerahnya.

3. Gambaran Geografis Kabupaten Jayawijaya
Secara geografi Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′ sampai 141 Bujur Timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, Barat dengan Kabupaten Paniai, Selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan perbatasan negara Papua New Guinea. Kabupaten Jayawijaya, dengan luas wilayah sebesar 2.629 km2, Kabupaten Jayawijaya adalah kabupaten terluas di dataran tinggi Papua sebelum terjadi pemekaran menjadi lima kabupaten pada 2008. Jayawijaya sekarang meliputi 11 kecamatan dengan 116 desa. Sekitar 110.000 penduduk tinggal di 11 kecamatan.
Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Diantara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju misalnya Pucak Trikora 4750 m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala 4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan Lumpur, tanah liat dan lempung.
Suhu udara di sekitar Lembah Baliem bervariasi, antara 14,5˚C dan 24,5˚C. Dalam setahun curah hujan rata-rata adalah 1.900 mm dan sebulan kurang lebih ada 16 hari hujan. Batas antara musim kemarau dan penghujan sulit dibedakan. Akan tetapi, Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar dan Juli adalah bulan dengan curah hujan terendah. Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal akan puncak salju abadinya, antara lain Puncak Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m), dan Puncak Yamin (4.595 m).
Jayawijaya beriklim tropic basah, hal ini dipengaruhi oleh letak ketinggian di permukaan laut dengan temperatur udara bervariasi antara 80-200Celcius dengan suhu rata-rata 17,50Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun tingkat kelembaban diatas 80%, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot.
Daerah ini terdapat banyak margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di tengah-tengah pepohonan tropis yang luas dan beraneka ragam pada gunung-gunung yang lebih tinggi. Hutan-hutan tropis memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan dan hutan-hutan Cemara, semak rhodedendronds dan species tanaman pakis yang dari anggrek yang sangat mengagumkan. Dekat daerah bersalju di puncak-puncak gunung terdapat lumut dan tanaman tundra. Hutan-hutan juga beraneka ragam jenis kayu yang sangat penting bagi perdagangan seperti intisia, pometis, callophylyum, drokontomiko, pterokorpus dan jajaran pohon berlumut yang jika diexploitasi dan diproses dapat menghasilkan harga yang sangat tinggi jika diperdagangkan. Hutan-hutan dan padang-padang rumput Jayawijaya merupakan tempat hidup kanguru, kuskus, kasuari dan banyak species dari burung endemic seperti burung Cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya.
Penduduk asli yang mengalami Kabupaten Jayawijaya ini adalah Suku Dani, Kimyal dan Suku Jale. Selain penduduk asli, terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah lain di Indonesia yang berada di Kabupaten Jayawijaya bekerja sebagai pegawai negeri, ABRI, Pengusaha, pedagang, transmigrasi dan sebagainya. Pada penduduk Jayawijaya, babi memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Babi merupakan prestise dan melambangkan status sosial seseorang. Tetapi babipun bisa menyebalkan pecahnya perang suku, dan binatang ini juga berperan sebagai mas kawin (uang mahar).
Di daerah ini masih banyak orang yang mengenakan “koteka” (penutup      penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “Honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/lalang). Upacara-upacara besar dan      keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.
Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan Nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang mereka, baik upacara peperangan dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian babi dan masalah-masalah kecil lainnya. Para prajurit memberi tanda juga terhadap mereka sendiri dengan babi lemak, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan; tombak, busur dan anak panah.
Kabupaten Jayawijaya terhitung yang paling berada di pedalaman Papua maka sarana perhubungan yang ke ibukota Wamena dan kecamatan-kecamatan lainnya di daerah pedalaman Jayawijaya adalah lewat transportasi udara. Lapangan terbang yang utama terletak di kota Wamena dan memiliki jalur rutin yang setiap hari didarati dengan pesawat terbang seperti Merpati Airlines, Trigana Airlines, dan beberapa jenis pesawat setiap hari 3-4 kali penerbangan dari Jayapura (Airport Sentani) pulang pergi. Beberapa kota kecamatan di daerah ini dihubungkan dengan jalan darat dan ada kendaraan seperti taksi-taksi umum yang beroperasi bahkan beberapa mini bus yang diperuntukkan bagi kepentingan para wisatawan.
Adapun Patung Hukumiarek dijadikan sebagai patung perdamaian. Patung Hukumiarek dibangun di tengah kota dan saat ini menjadi taman kota dan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH)  Hukumiarek adalah nama salah satu Kepala Suku di Wamena yang menjadi korban akibat perang suku. Patung ini dibangun untuk mengingatkan kepada masyarakat Wamena agar tidak terjadi lagi perang suku antara sesama suku serta memohon untuk senantiasa menjaga dan memelihara perdamaian.

4. Tempat Wisata di Wamena
1) Mummi Wimontok Mabel
Mummi Wimontok salah satu obyek wisata yang terkenal di Wamena. Obyek wisata ini terletak di Desa Kurulu yang jaraknya sekitar 50 kilometer di utara Wamena. Sebagai obyek wisata menarik di Wamena, akses jalan menuju desa ini cukup baik. Hanya sekitar 30 menit kita sudah sampai di Desa Kurulu.
Menurut informasi, hanya orang-orang tertentu yang boleh dimumikan. Mereka biasanya orang yang dianggap pahlawan karena berjasa dalam perang antar suku semasa hidupnya. Mummi tersebut adalah kepala suku atau panglima perang seperti Wimontok Mabel.


Wimontok dalam bahasa masyarakat setempat berarti perang terus. Ia adalah kepala suku perang yang terkenal dengan ahli strategi. Namun, Wimontok meninggal karena usia yang sudah tua. Dan sebagai panglima perang, tubuhnya dipenuhi luka tusukan yang masih terlihat hingga sekarang. Umur mummi ini diperkirakan sekitar 366 tahun. Umur ini bisa dihitung dari kalung rumput yang dilingkarkan di lehernya setiap 5 tahun sekali. Untuk pengalungan tersebut harus disertai upacara adat dengan pemotongan babi. Kemudian, lemak babi itu dilulurkan ke seluruh tubuh mummi tersebut.
Pengawetan dilakukan dengan cara pengasapan sekitar 3 bulan terus-menerus dengan ramuan rempah-rempah. Sepanjang prosesi pengawetan tersebut disertai dengan upacara adat yang sakral. Setelah menjadi mummi, perawatan selanjutnya ditangani kaum laki-laki saja. Mereka Beranggapan, bahwa jika sudah tersentuh oleh wanita, mummi akan cepat rusak dan bisa mendatangkan malapetaka seperti ladang yang tidak subur dan timbulnya wabah penyakit dan bagi si wanita sendiri, ia bisa menjadi mandul.
Dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, mummi Wimontok selalu dihadirkan di tengah-tengah pesta. Sesuai dengan kepercayaan mereka, kehadiran mummi di upacara tersebut akan mendatangkan kebahagiaan dan kesuburan. Karena dipercaya, mummi akan merestui setiap kegiatan yang mereka lakukan sebab hal itu pernah dilakukan oleh mummi semasa hidupnya.

Selain itu, adapun Mumi ini adalah murni seorang Panglima perang yang bernama Werafak Elosak yang meninggal dunia 350 tahun yang lalu, jenazahnya diawetkan secara tradisional di desa Aikima kecamatan Krulu 8 km dari kota Wamena dan dapat dicapai dengan kenda-raan selama 15 menit. Selain mumi di Aikima, ada juga beberapa Mumi yang diawetkan secara tradisional seperti di Desa Yiwika Kecamatan Krulu Mumi Pumo di Desa Aroboda Kecamatan Asologima dan Mumi Aggruk di Desa Ubahak.

Biaya Wisata di Mummi
Awalnya kita harus melakukan negosiasi harga terlebih dahulu dengan kerabat dekatnya. Usai negosiasi, kerabat Wimontok mematok harga sesuai jumlah rombongan yang hadir. Mereka meminta ongkos Rp 450 ribu untuk dapat melihat mummi Wimontok. Itu baru ongkos mengeluarkan mummi tersebut ndari rumah honai tempat ia disimpan. Jika ingin memotretnya, maka kita harus membayar lagi Rp 50 ribu untuk sekali jepret.
Namun, kenangan yang didapat wisatawan setelah mendatangi obyek wisata ini jauh melebihi ongkos yang harus mereka keluarkan. Sebab, selain di Wamena, mummi hanya ada di Mesir yang secara geografis lebih jauh dari Indonesia. 

2) Pasir Putih Wamena
Di Wamena terdapat pasir putih, yaitu pasir putih Aikima dan pasir putih Tulem, dengan menempuh perjalanan hanya 30menit kita dapat berwisata di Pasir Putih, selain berwisata, pasir sering dijadikan tempat peribadatan atau ibadah di alam terbuka oleh beberapa gereja di Kota Wamena. Pasir putih ini, lebih halus dari pasir pantai dan terletak di perbukitan tulem dan terdapat banyak vegetasi disana yang langkah, seperti anggrek hutan yang unik dan indah. Tarif masuk mobil    50rb dan tarif motor 20rb.

3) Goa Kontilola
Goa ini merupakan cagar alam, bukti peninggalan yang menjelaskan keberadaan astronomi kuno. Goa kontilola terdapat menyimpan sejuta misteri, untuk menuju Goa Kontilola diperlukan sedikit tenaga ekstra, sebab pengunjung harus mendaki susunan anak tangga hingga jauh diatas bukit.
Adapun suasana mistis maupun keindahan karena adanya hiasan stalaktit dan stalagnit tampak eksotis menghias sepanjang atap goa yang mempunyai semacam aula raksasa di salah satu ruangnya. Hal menarik yang sangat menarik perhatian lebih dari para wisatawan adalah lukisan-lukisan aneh tercetak di beberapa bagian dinding goa. Sepertinya dalam lukisan tersebut, pembuatnya ingin mencoba menggambarkan satu bentuk mahluk misterius yang menyerupai manusia.
Penduduk sekitar percaya bahwa pembuat lukisan tersebut bukanlah manusia, lebih tepatnya lukisan itu dibuat oleh mahluk dari luar angkasa atau Alien. Hal itu semakin diperkuat dengan adanya susunan jenis batu yang berbeda pada wujud mahluk lain . Misteri lain yang tidak kalah menarik adalah adanya istana kelelawar dan sungai bawah tanah yang terletak jauh didalam perut Goa Kontilola. Dengan banyaknya lorong, ruang, dan bentuk yang terkesan gigantism tersebut, sangat banyak misteri dan hal-hal fenomenal masih tersembunyi disana.
Goa Kontilola terletak di Kecamatan Kurulu. Untuk mengunjungi Wisata Goa Kontilola, membutuhkan perjalanan sekitar 1 jam dari Kota Wamena. Seperti biasa, yaitu awalnya kita harus melakukan negosiasi harga terlebih dahulu dengan penjaga goa tersebut. Biasanya jika wisatawan berasal dari dalam kota wamena atau dari Papua akan dikenakan biaya murah sekitar 200rb per mobil, kalau wisatawan asing yang tour maupun ekspedisi akan dikenakan biaya dari 200-500rb. Namun jika di Kota Wamena sedang dilakukan kegiatan nasional maupun kegiatan gerejawi dan terjadi peningkatan wisatawan, maka penjaga akan meminta tarif masuk mahal sampai 500rb per mobil.

4) Telaga Biru Maima
Salah satu objek wisata bersejarah di kota wamena yang hingga kini masih disakralkan dan di jaga dengan baik oleh warga masyarakat/yaitu objek sejarah asal usul manusia di lembah baliem wamena. Telaga biru di desa maima, adalah objek wisata budaya bersejarah yang diyakini sesuai mitos yang berkembang bahwa telaga biru maima memiliki sejarah misteri lahirnya asal usul manusia di lembah baliem wamena kabupaten jayawijaya hingga ke pegunungan tengah bahkan sampai ke nabire- paniai.
Telaga biru maima,yang dalam bahasa daerah menyebutkan desa maima yang berarti “tempat di bawah di mana ada air” atau (we) ma-i-ma, hingga kini menjadi salah satu objek bersejarah dan lokasi objek wisata budaya yang dijaga oleh pemerintah daerah karena memiliki cerita yang diyakini hingga saat ini oleh masyarakat di lembah baliem sebagai sejarah asal usul manusia pertama di lembah ini. Keunikannya yaitu airnya yang selalu berwarna beru ke hijau-hijauan yang bersumber dari sebuah mata air di kedalaman sekitar tujuh meter di bawah permukaan air dan tepat dibawah sebuah gunung, dan selalu menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan.
Menurut mitos yang dipercayai hingga kini,asal usul manusia pertama yang keluar dari dalam telaga tersebut tidak mempunyai mata dan telinga sedang duduk-duduk dan memainkan sebuah busur anak panah tiba-tiba melihat seorang yang berkulit agak terang muncul dengan hiasan manik-manik diseluruh tubuhnya yang disebut naruekul atau nakmarug yang memiliki pengetahuan bagaimana bercocok tanam, ia juga mengetahui aturan perkawinan (wita-waya) dan pedoman hidup yang baik. Ia (seorang yang berkulit agak terang) dibunuh dan dikuburkan dengan daun-daun namun tiba-tiba dari tubuhnya keluar makanan ubi-ubian, bibit pohon pisang, tanaman keladi (bentoel) dan hewan ternak seperti babi. Lalu tulang belulangnya akhirnya dibawah kemana-mana sebagai bibit makanan.
Oleh sebab itu, hingga saat ini masyarakat masih memegang teguh kepercayaan ini dengan selalu menyimpan sepotong tulang yang disebut kaneke yang selalu disimpan dalam honai adat atau juga yang disebut pilamo. Kepala bidang objek dan daya tarik wisata dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten jayawijaya, yang juga berasal dari distrik asolokobal tempat telaga biru berada, alpius wetipo membenarkan kepercayaan tersebut dan hingga kini pemerintah melalui dinas terkait turut menjaga dan melestarikan lokasi telaga biru maima sebagai salah satu objek wisata bagi kabupaten jayawijaya.
Distrik Maima adalah sebuah desa mungil yang sangat cantik, layaknya desa-desa di Norwegia sana. Kontur tanahnya berundak, karpet rumput hijau membentang, bangunan-bangunan kayu berdiri cantik di atasnya. Bendera Indonesia berkibar di atas tiang, diterpa sinar mentari yang saat itu cemerlang.Telaga biru merupakan sebuah danau yang konon, berair biru toska. Danau itu tersembunyi di balik bukit terjal, dikelilingi tebing hijau yang menghalanginya dan dihubungi oleh sebuah jembatan gantung ,yaitu Jembatan Kuning, yang menghubungkan jalan utama dengan Distrik Maima di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Sesuai namanya, tiang besi di pintu jembatan itu dicat kuning. Jembatan yang cukup panjang, melintasi Sungai Baliem dengan air kecoklatan, namun dingin tak terelakkan.
Butuh 1 jam trekking dari Distrik Maima menuju Telaga Biru. Bukan hal yang mudah, mengingat medan tanah licin dan tanjakan yang cenderung terjal. Untuk tarif masuk biasanya tergantung penjaga di desa tersebut. Jika pelajar atau mahasiswa 20rb hingga 50rb, jika wisatawan asing 50rb hingga 200rb.

5) Festival Lembah Baliem
Setiap bulan Agustus, menyongsong Hari Kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17, ribuan masyarakat suku di lembah ini akan berkumpul di Desa Wosilimo untuk berpartisipasi dalam festival tahunan Festival Budaya Lembah Baliem, atau lebih populer dengan nama Festival Lembah Baliem.
Demontrasi perang-perangan ini bercorak budaya yang diturunkan dari      nenek moyang mereka dan ini menunjukkan bahwa perang suku yang terjadi antara suku-suku di Wamena disebabkan karena suku yang satu dianggap melanggar masuk batas daerah kekuasaan suku yang lain atau karena masalah perempuan juga masalah babi dan masalah-masalah kecil lainnya.
Festival itu selalu mengundang  para fotografer profesional dan wisatawan dengan minat khusus dari Belanda, Australia, dan Amerika Serikat. Mereka khusus datang ke Lembah Baliem untuk menyaksikan demonstrasi perang antarsuku, pertunjukkan budaya, dan beberapa memanfaatkan momentum ini untuk menggali kehidupan masyarakat pedalaman. Selama festival, masyarakat suku akan mengenakan pakaian tradisional mereka. Laki-laki hanya menyarungkan penisnya dengan koteka yang terbuat dari umbi-umbian, sedangkan perempuan bertelanjang dada dan hanya mengenakan sali (rok dari rumput).
Saat berlangsung Festival Lembah Baliem adalah saat terbaik untuk berkunjung ke Wamena. Adapun, lama kunjungan yang disarankan yakni minimal lima hari. Tempat dilaksanakannya festival ini di Kecamatan Wosilimo, yaitu menempuh perjalanan sekitar 1 jam 15 menit. Untuk tiket masuk 20rb per motor, 50rb per mobil, rombongan bis 100-200rb.

 6) Danau Habema
Danau Habema terletak di kaki Gunung Trikora, Kabupaten Jayawijaya, Papua, danau ini merupakan salah satu danau tertinggi di Indonesia. Terletak di ketinggian lebih dari 3.300 meter di atas permukaan laut, oleh Masyarakat Dani, penduduk Jayawijaya, danau itu dianggap sebagai tempat keramat yang jadi sumber kesuburan dan kehidupan. 
Untuk mencapai Danau Habema, yang dalam bahasa setempat bernama Yuginopa berada di zona inti Taman Nasional Lorenz, Papua. Area Habema mempunyai luas kurang lebih sekitar 224,35 hektar dengan keliling 9.79 kilometer  Nama Habema diambil dari seorang perwira Belanda yang bernama Letnan D Habema, yang mengawal ekspedisi HA Lorentz untuk mencapai puncak  Ettiakup (sebutan masyarakat lokal untuk Gunung Trikora) pada tahun 1909. Pada masa pemerintahan Belanda, Gunung Trikora dikenal dengan nama Wilhelminatop. Pada tahun 1963 namanya berubah menjadi Trikora (Tri Komando Rakyat) setelah perintah Presiden pertama Indonesia, Soekarno, untuk merebut Papua Barat.

Dahulu, puncak Gunung Trikora dan sekitar Danau Habema dihiasi dengan salju. Tapi beberapa tahun terakhir, salju di Trikora menipis dan Habema juga tidak pernah lagi dihiasi salju di sekitarnya. Tetapi Danau Habema masih punya banyak keindahan lain yang bisa dinikmati. Mulai dari bentang pemandangan padang rumput yang terlihat sejauh mata memandang, embun di ujung dedaunan dan rerumputan, lalu air danau yang tenang, serta masih banyak lagi. Di sekitar danau terhampar padang rumput yang luas. Rumah semut yang dimanfaatkan untuk pengobatan alternatif tergantung di beberapa pohon. Jika beruntung kita bisa menemukan burung endemik Papua, cenderawasih dan astrapia. Bahkan, anggrek hitam yang sudah langka itu terkadang masih bisa dijumpai di sini.

Kesimpulan
Dalam beberapa tahun terakhir ini kunjungan wisatawan ke Kabupaten Jayawijaya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan semakin populernya objek wisata di daerah ini  dengan segala keunikannya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Jayawijaya.
Namun, Ekowisata di Kabupaten telah mengalami pengembangan dengan adanya dukungan pementah daerah dalam kontrol promosi baik melalui media cetak,media online maupun pamplet. Hal ini, jelas mendorong peningkatan wisatawan asing yang berkunjung ke kota Wamena sehingga meningkatkan pendapatan daerah, pajak dan menambah perekonomian masyarakat melalui transportasi yang digunakan, tempat penginapan, jasa guide masyarakat lokal.
Lembah Baliem memiliki potensi sumber daya ekowisata yang cukup bervariasi serta alami, namun belum memberikan manfaat yang berarti terhadap kehidupan masyarakat lokal. Keterpaduan dalam mengembangkan sumber daya alam perlu dipupuk guna mencapai sasaran pembangunan yang efisien dan efektif serta optimal. Pembangunan masih dilakukan secara sektoral sehingga pencapaian sasaran pembangunan juga tidak begitu optimal. Pengembangan ekowisata secara menyeluruh tertumpu pada dinas pariwisata daerah, kearifan lokal sementara idealnya pengembangan pariwisata melibatkan semua elemen terkait, baik pemerintah maupun swasta.
Hasil identifikasi menunjukan, bahwa, di Lembah Baliem terdapat 8 Goa, 4 lokasi penyelenggaraan Festifal budaya, 3 patung bersejarah, 3 danau besar, 4 mummi, 5 lokasi pemandangan alam yang menarik. Kendala jarak, aksesibilitas, peran pelaku pembangunan, pengetahuan tentang konsep ekowisata masih terbatas, tingkat kunjungan wisatawan rendah. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa Lembah Baliem potensial untuk dikembangkan, namun dihambat oleh Faktor akses dan sumber daya manusia, sehingga direkomendasikan 11 solusi strategis. Penanganannya diperlukan peran stakeholder dengan memperhatikan konsep ekowisata berkelanjutan serta mengutamakan akses langsung ke Papua.

Sumber :

C.P.N.S Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jayawijaya.,’The blue lake Wamena’, http://www.papuatravels.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.
‘Menyibak-misteri-goa-kontilola’, http://www.izzyportal.com, diakses tanggal 15 Februari 2014.
‘Potensi Wisata Jayawijaya sangat menjanjikan’,  http://www.jayawijayakab.go.id, diakses tanggal 14 Februari 2014.
Reza Umar, ‘Mendatangi Mummi Panglima Perang Lembah Baliem Wamena’ http://cloud.papua.go.id, diakses tanggal 14 Februari 2014.
‘Telaga Biru Keindahan Abadi di Pelosok Papua’, http://travel.detik.com, diakses tanggal 15 Februari 2014




No comments:

Post a Comment